vHemeT,,

vHemeT,,

Minggu, 14 Desember 2008

DIA

Dia adalah seorang pemuda yang mulanya tak aku kenal. Sekarang, dia adalah seorang pemuda yang aku kagumi sampai detik ini. Walaupun aku tak pernah berjumpa lagi dengannya. Dia adalah seorang pemuda yang baik hati.

Dia adalah kakak kelasku sewaktu di SMP dulu. Aku mengenalnya pada saat LDKS Pramuka. Awalnya, dia Cuma seorang kakak kelas yang sangat menyebalkan. Karena dia membuatku terkena hukuman scot jam 25x, hanya gara-gara aku tertawa melihat tingkah lakunya.

Semenjak saat itu, aku sangat membencinya dan bersumpah tak akan pernah mengenalnya. Dan semenjak saat itulah, dia selalu berusaha untuk meminta maaf atas perbuatannya. Tapi aku tak pernah menanggapinya.

Namun, pendirianku berubah saat dia benar-benar menunjukkan rasa bersalahnya. Pada hari terakhir LDKS pramuka, aku sudah benar-benar berdamai dengannya. Dan pada saat itu pula pandanganku tentangnya berubah. Dia menawarkan aku jaket dan tasnya, saat bajuku basah kuyup terkena siraman air dan tasku yang terbuat dari plastik. Tetapi aku menolakknya, karena aku masih malu atas sikapku.

Setelah itu, aku menyadari bahwa aku menyukainya. Tapi aku tidak mau terlalu berharap, karena aku dengar dia seorang playboy. Namun, semua itupun kembali berubah oleh sikapnya padaku.

Suatu hari, temanku menceritakan semua hal tentangnya. Dia menanyakan no hpku kepadanya, dan diapun selalu mencari informasi tentangku. Aku pun merasa sangat senang mendengarnya. Namun aku berlagak seolah-olah tidak tahu apa-apa.

Setiap pulang sekolah, dia selalu ada entah itu menungguku atau tidak. Yang jelas, dia selalu menyapaku dan tersenyum manis kepadaku. Oh Tuhan, mengapa kau lelehkan ketegaranku bila dihadapannya?.

Setiap malam, kami saling mengirim sms walaupun hanya mengatakan ucapan selamat malam, atau mengobrol tentang satu hal yang sama-sama kami sukai.

Namun, semuanya berubah saat upacara kelulusan angkatannya. Walaupun aku tahu perasaan kami sama, entah mengapa aku masih ragu padanya. Saat itu, aku hanya mengucapkan ucapan selamat dan perpisahan kepadanya. Dan dia pun hanya tersenyum sambil berlalu pergi. dia pergi dengan membawa sebagian hatiku, yang sampai saat ini masih dibawanya.

Dia adalah kenanganku semasa SMP dulu. Dan itu adalah kenangan terindah dalam hidupku. Sekarang, aku punya cerita baru untuk kutulis.

................................................................

Fitri Rhamadani. Nurul. Ilmi

Minggu, 07 Desember 2008

Lewat Tengah malam

Malam itu, dunia tiba-tiba terasa gelap gulita. Tak ada satu pun penerangan yang berasal dari rumah penduduk. Hanya satu yang senantiasa setia menerangi malam, bulan.
Aku tidur di tengah kegelapan, tanpa cahaya. Kurasakan tubuhku menggigil dan bulu kudukku berdiri karena dingin. Kutarik kembali selimut bulu hangat, yang sempat kulemparkan. ” Ah... Hangatnya!” gumamku.
Baru saja kuterlelap tidur, terdengar suara gaduh dari lantai bawah. Suara teriakan Ibu dan Ayahku mulai membangunkan semua anggota keluarga.
Aku dan kakakku pun turun ke lantai bawah diterangi cahaya hpku. Ternyata dugaanku benar, mereka sedang bertengkar, beradu mulut, dan saling berbalas teriakan. Aku dan kakakku mencoba melerai, tapi tidak ada hasilnya.
“ Diam kalian!” teriak ayahku.
“ Kalian yang diam! Apa kalian tidak malu bertengkar saat tengah malam begini?! Kalian seperti anak kecil! Tak pantas disebut orang dewasa!” balasku.
“ Sebenarnya ada apa?” tanya kakakku.
Mereka pun diam sejenak, saling meredakan emosi. Tak ada satu patah kata pun terucap dari kedua mulut mereka.
” Ini semua salah ibumu! Dia tidak mau memperlihatkan sms yang dia dapat pada Ayah! Padahal Ayah hanya ingin tahu, dari siapa sms itu berasal!” emosinya pun keluar kembali.
” Tapi ini privasiku! Kamu tidak boleh seenaknya merebut hpku ! aku kan sudah bilang, itu dari relasi bisnisku!” jawab ibuku. ” mana mungkin relasi bisnis mengirim sms tengah malam begini! Lagipula mengapa kau tidak memperlihatkannya padaku, jika itu memang dari relasi bisnismu?!” tanya ayahku lagi.
” Itu hakku!” jawab ibuku. Dan plakk...
Satu tamparan keras pun mendarat di wajah ibu yang putih, dan berubah menjadi merah padam. Aku tak kuasa untuk melihatnya lagi.
Aku berlari ke kamarku dan kubenamkan wajahku ke bantal. Akupun menangis sepanjang malam yang tersisa, bulanpun menjadi saksi malam itu. Sayup-sayup masih terdengar olehku, suara kedua orang tuaku bertengkar.
Oh Tuhan, mengapa kau ciptakan malam ini untukku saksikan? Semua ini hanya menorehkan luka perih di hati semua keluargaku.
Tanpa sadar, aku pun terlelap tidur karena lelah, dan suara-suara itupun mulai tak terdengar lagi olehku.
.........................................................

my glitter.........

vHe & vHanZ

vHe & vHanZ

my butterfly..

my butterfly..